ID Times

situs berita dan bacaan harian

Bintang yang Menggenggam Kegelapan

Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggir hutan, hiduplah seorang gadis bernama Lani. Setiap malam, ketika bulan bersinar terang, Lani duduk di atap rumahnya, memandangi langit yang dihiasi ribuan bintang. Namun, bintang-bintang itu tidak hanya sekedar menjadi penghias langit baginya; mereka adalah teman imajiner yang selalu mendengarkan setiap keluh kesahnya.

Lani adalah anak yang ceria, tetapi di dalam hatinya tersembunyi kegalauan yang tak terucapkan. Ia selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Meskipun dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman, Lani merasa kesepian, seolah-olah ada dinding tak terlihat yang memisahkannya dari dunia.

Suatu malam, saat Lani sedang melamun melihat bintang-bintang, ia melihat satu bintang yang bersinar lebih terang dibanding yang lainnya. Bintang itu memiliki cara yang aneh—ia seolah bergetar dan berkilau dengan intensitas yang mengagumkan. Tanpa disadari, Lani merasa tertarik untuk lebih mendekat. Ia menutup matanya dan mengucapkan sebuah harapan. “Aku ingin menemukan kebahagiaan dan menghilangkan semua kegelapan di dalam diriku,” ujarnya dalam hati.

Hanya selang beberapa detik, seberkas cahaya menyilaukan muncul di hadapannya. Ketika ia membuka mata, Lani mendapati dirinya tidak lagi berada di atas atap rumahnya. Ia berada di sebuah dunia lain yang penuh dengan cahaya dan warna. Di sekelilingnya, ada bintang-bintang yang tidak hanya bersinar, tetapi juga bergerak bebas, berputar dan menari dalam alunan musik yang tak terdengar.

“Selamat datang, Lani!” sapa bintang yang paling terang. “Aku adalah Brio, bintang yang menggenggam kegelapan. Aku datang untuk membawamu ke tempat di mana kegelapan dan cahaya saling melengkapi.”

Lani terpesona. “Menggenggam kegelapan? Apa itu berarti?” tanyanya, ingin tahu.

Brio tersenyum lembut. “Kegelapan adalah bagian dari diri kita, Lani. Ia memberikan kedalaman pada cahaya, membuatnya lebih berharga. Tanpa kegelapan, kita tidak akan bisa menghargai keindahan sebuah cahaya. Dalam perjalanan ini, aku akan membantumu memahami kegelapan dalam hidupmu.”

Dengan sekejap, mereka terbang ke langit yang lebih tinggi, jauh dari bumi. Lani terpesona dengan keindahan alam semesta. Mereka melewati nebula berwarna-warni, bintang-bintang supernova yang memancarkan cahaya terang, dan galaksi yang berputar lambat tetapi pasti. Masing-masing pemandangan ini mengingatkan Lani akan impiannya—bagaimana ia ingin menjadi seperti bintang yang bercahaya dan bersinar terang.

Mereka akhirnya mendarat di sebuah planet kecil yang dikelilingi oleh bayangan hitam. Di sana, Lani melihat sosok-sosok kecil yang tampak sedih dan hancur. Mereka memiliki wajah yang kelam, seolah-olah tidak pernah merasakan kebahagiaan. Rasa kasihan menghimpit hati Lani.

“Siapa mereka?” Lani bertanya, suaranya bergetar.

“Mereka adalah jiwa-jiwa yang terjebak dalam kegelapan,” jawab Brio. “Mereka tidak dapat melihat cahaya, dan dalam diri mereka, mereka merasa terasing dan putus asa. Setiap kegelapan yang kau rasakan di dalam dirimu juga ada pada mereka.”

Lani merasakan hatinya hancur. Ia merasa terhubung dengan makhluk-makhluk itu, merasakan kedukaan mereka. “Bagaimana aku bisa membantu mereka?” tanyanya penuh harapan.

“Beritahu mereka bahwa mereka tidak sendiri,” jawab Brio. “Cahaya datang dari dalam diri, Lani. Namun, untuk menemukan cahaya itu, mereka harus terlebih dahulu menerima kegelapan yang mereka rasakan.”

Tanpa ragu, Lani mendekati makhluk-makhluk kecil itu. Dengan lembut, ia berbicara kepada mereka tentang pentingnya menerima diri sendiri, tentang keberanian untuk menghadapi ketakutan dan kesedihan. Lani menceritakan betapa ia sendiri merasakan kegelapan dan betapa sulitnya merasa sendirian di tengah keramaian, tetapi juga betapa indahnya jika kita bisa menemukan cahaya di dalam diri sendiri.

Mendengar kata-kata Lani, satu per satu, makhluk-makhluk itu mulai membuka hati mereka. Mereka mengizinkan diri mereka untuk merasakan, untuk mengeksplorasi rasa yang terpendam. Perlahan, wajah mereka mulai cerah, seolah-olah cahaya mulai menyebar dari dalam diri mereka.

Brio tersenyum bangga. “Lihat Lani, mereka mampu menemukan cahaya di dalam diri mereka. Kamu telah memberikan mereka harapan yang selama ini mereka cari.”

Namun, Lani merasa ada sesuatu yang kurang. “Tetapi bagaimana dengan diriku?” tanyanya. “Aku masih merasa ada kegelapan yang membelengguku.”

Brio menatap Lani dengan lembut. “Kegelapan yang kau rasakan adalah bagian dari perjalanan hidupmu. Jalani dan terima, dan ingatlah bahwa dengan menerima kegelapan, kamu memberi ruang untuk cahaya tumbuh. Jangan lari dari perasaanmu, tetapi berpeluklah pada mereka.”

Mendengarkan kata-kata Brio, Lani merenungkan perjalanan yang telah dilaluinya. Ia mengingat semua kesedihan dan kesepian yang pernah ia alami, serta harapan yang terus mengilhami jiwanya. Ia memutuskan untuk menerima segala sesuatu tentang dirinya—kedangkalan dan kedalaman—dan berharap agar cahaya dapat tumbuh dari sana.

Dengan suara tegas namun lembut, Lani kembali berbicara kepada makhluk-makhluk itu. “Kita semua memiliki kegelapan dalam diri kita. Semua perasaan yang kita rasakan adalah bagian dari diri kita yang membutuhkan kasih sayang. Jika kita bisa mencintai bagian terselubung ini, kita akan menjadi lebih kuat!”

Energi positif mulai mengalir, dan bintang-bintang di sekeliling mereka bersinar semakin terang. Tak lama kemudian, planet kecil itu dipenuhi dengan cahaya gemerlap dari jiwa-jiwa yang terhubung kembali dengan esensi mereka.

“Lani, ingatlah, setiap kegelapan di dalam dirimu adalah bintang yang siap untuk bersinar,” ujar Brio. “Kau memiliki kekuatan untuk mengubah kegelapan menjadi cahaya.”

Ketika Lani kembali ke atap rumahnya, bintang-bintang berdansa di langit, seolah-olah memberikan penghormatan terakhir. Dari malam itu, Lani memahami bahwa kegelapan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan bagian dari perjalanan untuk menemukan cahaya yang sejati.

Dengan hati yang penuh harapan, Lani berjanji pada dirinya sendiri untuk terus menggenggam kegelapan dengan penuh kasih dan menerima semuanya—kesedihan, kebahagiaan, kelemahan, dan kekuatan. Ia akan bercerita kepada dunia tentang bintang yang menggenggam kegelapan, dan bahwa kita semua berhak menemukan cahaya kita sendiri dalam perjalanan yang penuh warna ini.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Gambar menunjukkan langit malam yang penuh bintang berkilauan dengan satu bintang yang lebih terang di tengah. Di bawahnya, tampak sosok seorang gadis muda dengan wajah penuh harapan, duduk di atap rumahnya. Di latar belakang, bayangan lembut dari hutan dan langit yang gelap menambahkan kontras yang mendalam, menggambarkan keindahan dan kedalaman cahaya serta kegelapan.

**Bintang yang Menggenggam Kegelapan**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *