ID Times

situs berita dan bacaan harian

Makhluk yang Mengawasi Perut Bumi

Di suatu desa kecil yang dikelilingi hutan lebat dan pegunungan tinggi, terdapat sebuah legenda yang sering diceritakan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka. Legenda itu menyebutkan tentang makhluk gaib yang disebut “Ngarwa,” penjaga perut bumi yang tak terlihat oleh sembarang mata. Ngarwa dikatakan bertugas menjaga keseimbangan alam, melindungi segala yang ada di dalamnya—baik flora maupun fauna.

Desa tersebut dikenal dengan hasil bumi yang melimpah; sayuran segar, buah-buahan beraneka warna, serta hewan-hewan yang sehat. Para penduduk desa hidup rukun dan dipenuhi rasa syukur atas karunia yang mereka terima. Namun, hampir setiap tahun, mereka selalu mengadakan ritual kecil untuk menghormati Ngarwa dan meminta perlindungan bagi hasil bumi mereka. Mereka percaya bahwa dengan menghormati Ngarwa, keberkahan akan selalu menyertai mereka.

Suatu hari, ketika festival ketujuh tahun diadakan, desa dipenuhi keramaian. Anak-anak berlarian, ibu-ibu menyiapkan masakan terbaik, dan para lelaki menghias serambi rumah dengan bunga-bunga warna-warni. Di tengah kesibukan itu, ada seorang anak bernama Tita, yang selalu penasaran dengan legenda Ngarwa. Tita adalah gadis berusia sebelas tahun yang memiliki imajinasi liar dan ingin mencari pembuktian nyata tentang makhluk itu.

“Apakah Ngarwa benar-benar ada?” tanya Tita kepada neneknya saat mereka sedang duduk di bawah pohon mangga.

“Setiap cerita memiliki kebenarannya sendiri, Nak. Ngarwa mungkin tidak bisa kita lihat, tapi kehadirannya bisa kita rasakan. Cobalah lihat sekelilingmu. Segala sesuatu yang tumbuh dan hidup adalah hasil kerja Ngarwa,” jawab neneknya sambil tersenyum.

Meskipun neneknya mengatakan demikian, Tita tetap tidak puas. Dalam hatinya, ia berjanji untuk menemukan Ngarwa. Keesokan harinya, di tengah hiruk pikuk festival, Tita memutuskan untuk menjelajahi hutan di belakang desanya. Dia merasa hutan adalah tempat yang paling mungkin untuk menemukan makhluk yang mengawasi perut bumi itu.

Dengan bekal roti dan air, Tita mulai memasuki hutan. Suara cuitan burung dan desiran angin menyambutnya. Setiap langkah yang diambilnya semakin membawanya menjauh dari keramaian. Tita terus beranjak lebih dalam ke dalam hutan, hingga ia tiba di sebuah tempat terbuka yang dikelilingi pepohonan tinggi. Di sana, ia melihat sebuah batu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang mengilap di bawah sinar matahari.

“Ini pasti tempat Ngarwa!” Tita berbisik pada dirinya sendiri. Ia bertekad untuk menjelajahi lebih dalam. Saat ia memperhatikan lebih dekat ukiran di batu, tiba-tiba tanah di bawahnya bergetar. Tita terkejut dan berusaha untuk berdiri tegak. Dengan tiba-tiba, di hadapannya muncul cahaya yang menyilaukan, dan dari cahaya tersebut muncul sosok makhluk dengan tubuh setinggi pohon, berbanding terbalik dengan ukiran yang ada di batu.

Makhluk itu memiliki kulit berwarna hijau, bercampur dengan debu tanah, yang membuatnya terlihat seperti bagian dari alam. Matanya, berkilau seperti kunang-kunang, menatap Tita penuh perhatian. Meskipun terkejut, Tita merasakan ketenangan yang aneh. “Saya Ngarwa, penjaga perut bumi,” suara halus itu terdengar, tetapi kata-katanya memiliki kedalaman yang tak bisa dijelaskan.

“Apakah kamu benar-benar ada? Sangat ingin tahu bagaimana cara kau menjaga bumi ini!” Tita bertanya dengan penuh semangat.

Ngarwa tersenyum. “Kamu datang ke sini dengan hati yang penuh rasa ingin tahu. Saya menghargai keberanian dan rasa ingin tahumu. Ketahuilah, tugas saya adalah menjaga keseimbangan alam. Setiap kali ada yang merusak alam, saya merasakan kesedihan. Namun, saat manusia berharmoni dengan alam, saya merasakan kebahagiaan.”

Tita mendengarkan dengan seksama. Dia merasa seolah memiliki kesempatan untuk belajar dari makhluk yang selama ini hanya ada dalam legenda. “Tapi, Ngarwa, beberapa orang di desa ini kadang-kadang mengambil lebih banyak dari yang seharusnya. Apakah itu akan membuatmu sedih?”

Ngarwa mengangguk. “Benar. Ketika manusia hanya memikirkan diri sendiri dan mengabaikan keseimbangan, bencana bisa terjadi. Namun, saya percaya bahwa ada harapan, dan perubahan bisa dimulai dari diri sendiri. Seperti kamu yang datang ke sini, jika kamu membagikan pengetahuan ini kepada teman-temanmu, mereka mungkin bisa merubah cara mereka.”

Tita terinspirasi. Ia tidak hanya ingin mendengar lebih banyak tentang Ngarwa, tetapi juga ingin mengubah cara pandang teman-temannya. Di situlah Ngarwa mulai mengajarnya tentang pentingnya menjaga alam: bagaimana menjaga hutan, memelihara tanaman, dan menciptakan keseimbangan antara manusia dan lingkungan.

Waktu berlalu dengan cepat, Tita tidak sadar bahwa matahari mulai terbenam. “Saya harus kembali sekarang,” Tita berkata terpaksa, tetapi hatinya penuh semangat.

“Ambil ini,” kata Ngarwa, dan dari balik batu, ia mengambil beberapa biji tanaman. “Tanaman ini bisa tumbuh di tanah apa pun dan sangat berguna untuk kesehatan. Sebarkan pengetahuan ini, dan ingatlah, apa yang kamu lakukan pada bumi, akan kembali padamu.”

Dengan penuh rasa syukur, Tita menerima biji-bijian itu dan berjanji untuk kembali. Saat ia berlari pulang, Tita memikirkan bagaimana ia akan mengajak teman-temannya untuk bersama-sama menjaga alam.

Ketika tiba di desa, keramaian festival masih berlangsung, tetapi wajahnya bersinar dengan kebahagiaan dan semangat baru. Ia kemudian berkumpul dengan teman-temannya, bercerita tentang pertemuannya dengan Ngarwa. Awalnya, mereka tidak percaya, tetapi saat Tita menunjukkan biji-bijian yang diberikan Ngarwa, mereka mulai tertarik.

“Jika kita menanam benih ini bersama, kita bisa menjaga bumi kita!” seru Tita bersemangat.

Teman-temannya pun setuju, dan bersama-sama mereka mulai menanam biji-bijian tersebut di sekitar desa. Sejak saat itu, mereka tidak hanya fokus pada diri mereka sendiri, tetapi juga berusaha menjaga lingkungan dan berbagi pengetahuan yang telah dipelajari Tita.

Seiring bertambahnya waktu, desa itu menjadi lebih hijau dan produktif. Hutan di sekitar desa pun mulai tumbuh subur kembali. Para penduduk semakin menyadari pentingnya menjaga alam. Dan setiap tahun saat festival diadakan, mereka selalu menyertakan ucapan syukur kepada Ngarwa, makhluk yang mengawasi perut bumi.

Tita, kini menjadi pemimpin kecil di desanya, terus menyebarkan pesan cinta kepada alam. Ia sering kembali ke tempat terbuka di tengah hutan, berharap bisa bertemu dengan Ngarwa lagi. Meskipun makhluk itu tidak muncul lagi, ajaran dan semangat Ngarwa untuk menjaga bumi tetap hidup dalam diri Tita dan semua penduduk desa.

Dan legenda Ngarwa bukan hanya tentang makhluk yang mengawasi, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan, agar tidak hanya hidup di bumi, tetapi juga hidup berdampingan secara harmonis dengan segala makhluk yang ada.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Sebuah ilustrasi menggambarkan Tita, seorang gadis kecil dengan rambut panjang dan ekpresi penuh rasa ingin tahu, berdiri di tengah hutan lebat, menghadap ke makhluk berwujud humanoid yang menjulang tinggi dengan kulit hijau, bercahaya di bawah sinar matahari. Di sekeliling mereka terdapat pepohonan lebat dan lumut yang menutupi tanah, menciptakan suasana yang alami dan magis. Di latar belakang, sinar matahari lembut menembus dedaunan, memberi kesan misterius dan menawan.

**Judul: Makhluk yang Mengawasi Perut Bumi**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *