ID Times

situs berita dan bacaan harian

Penjaga Keberadaan di Lubang Cacing

Di suatu alam yang tak terlihat oleh mata manusia biasa, terdapat sebuah dimensi yang dikenal sebagai Lubang Cacing. Lubang Cacing adalah sebuah jembatan antara berbagai realitas dan waktu, di mana berbagai kemungkinan berkumpul dan bercampur. Di dalamnya, terdapat makhluk-makhluk yang menjaga keseimbangan dan keberadaan setiap realitas yang dialaminya. Mereka dikenal sebagai Penjaga Keberadaan.

Salah satu dari Penjaga Keberadaan ini adalah seorang pemuda bernama Alif. Alif tampak seperti manusia biasa, dengan mata cerah dan rambut hitam legam. Namun, di balik penampilannya yang sederhana, tersemat kekuatan luar biasa. Dia adalah Penjaga yang ditugaskan untuk menjaga jembatan Lubang Cacing, memastikan bahwa tidak ada perjalanan antar dimensi yang salah arah atau melanggar hukum keberadaan.

Alif menjalani harinya dengan penuh kehati-hatian. Dia mengawasi aktivitas di Lubang Cacing dengan teknologi yang dihasilkan dari gabungan ilmu pengetahuan dan sihir. Berbagai portal muncul dan menghilang, membawa sekelompok individu dari beragam realitas. Tugas Alif adalah memastikan bahwa setiap makhluk yang melintasi portal tidak membawa kekacauan bagi dunia mereka.

Suatu harinya, saat dia berdiri di depan portal utama yang berkilauan seperti bintang, dia mendeteksi gangguan. Sebuah energi asing terasa menyelimuti portal, membuatnya bergetar dengan hebat. Alif merasakan sebuah kehadiran yang berbeda; itu adalah makhluk yang seharusnya tidak ada di tempat itu. Tanpa berpikir panjang, ia segera melompat masuk ke dalam portal.

Begitu memasuki Lubang Cacing, Alif terdampar dalam kekacauan. Ia melihat berbagai warna dan suara yang tidak biasa mengelilinginya. Di hadapannya berdiri sosok yang mengenakan jubah hitam panjang, wajahnya tersembunyi oleh kerudung. Alif merasa seperti memasuki alam lain ketika makhluk itu menoleh ke arahnya.

“Saya Sidir, pengembara dari dimensi yang hilang,” ujar sosok itu dengan suara dalam yang menggema. “Aku datang mencari jalan untuk menyelamatkan duniahku dari kehampaan.”

Alif tidak langsung percaya. Dia tahu bahwa siapa pun yang datang dari dimensi lain biasanya memiliki tujuan tertentu, yang bisa jadi berbahaya bagi keberadaan realitas. “Apa yang telah kau lakukan di duniamu hingga berada di sini?” tanya Alif, pasti.

Sidir menghela napas panjang. “Duniahku sedang dalam ancaman. Energi gelap menghasut kaum kami, mereka menginginkan kekuasaan dan akan menghancurkan setiap jejak keberadaan. Aku harus kembali dan menghentikan mereka.”

Alif merasakan tekanan berat di dadanya. Sebagai Penjaga Keberadaan, dia perlu melindungi semua realitas. Namun, saat melihat mata Sidir, ia merasakan sebuah kejujuran dan kepedihan yang jarang ia lihat sebelumnya. “Baiklah, aku akan membantumu kembali. Tetapi ingat, perjalanan ini berbahaya,” kata Alif.

Mereka berdua melangkah ke dalam portal, dan setelah beberapa detik, berakhir di dimensi Sidir. Suasana di sini lebih kelam. Langit berwarna ungu tua dan tanah kering, tampak seperti ditinggalkan. Sidir terlihat ketakutan. “Di sinilah tempatnya. Di sana!” Sidir menunjuk ke arah bangunan tua yang menjulang tinggi, terbuat dari batu hitam dengan aura gelap yang menyelimuti.

Ketika mereka mendekati bangunan itu, Alif bisa merasakan energi negatif meningkat. Di dalamnya, mereka menemukan sekelompok pengikut Sidir yang terpengaruh oleh kekuatan gelap. Raut wajah mereka pucat, mata mereka berkaca-kaca dengan ambisi yang makan jiwa.

“Kita harus menghentikan mereka,” bisik Alif. Mereka merencanakan untuk memakai sihir untuk menghancurkan sumber energi gelap yang mereka temukan.

Dengan keberanian yang mengalir di dalam dirinya, Sidir dan Alif melangkah memasuki bangunan. Di dalam, mereka disambut dengan suara gemuruh dan bisikan yang mengguncang dinding. Pengikut yang terpengaruh mulai menyerang, namun Alif dan Sidir berhasil mendorong mereka mundur, menggunakan keahlian mereka dalam sihir dan ketangkasan.

Beberapa saat kemudian, keduanya menemukan pusat kekuatan gelap. Di sana, terdapat sebuah kristal hitam raksasa yang memancarkan energi jahat. Alif tahu bahwa jika mereka tidak menghancurkannya, dimensi ini akan jatuh ke dalam kehampaan selamanya.

“Izinkan aku,” kata Sidir, dengan bertekad. Dia meraih kristal itu, mengeluarkan sebuah mantra kuno. Alif berdiri di sampingnya, memusatkan energinya untuk melindungi Sidir dari serangan yang datang.

Kristal itu mulai bergetar, memancarkan aura gelap yang semakin kuat. “Ayo, Sidir! Kau bisa melakukannya!” teriak Alif, mendorong Sidir untuk lebih kuat. Dengan satu dorongan terakhir, Sidir berhasil memecah kristal itu menjadi serpihan-serpihan kecil, disertai dengan cahaya terang yang menyelimuti ruangan.

Kekuatan jahat di dalam bangunan itu mulai menghilang, dan para pengikut yang terpengaruh terlihat berangsur-angsur pulih dari pengaruh gelap. Alif merasa lega, serta bangga pada keberanian temannya. Namun, itu tidak cukup. Mereka tahu bahwa kekuatan gelap ini bisa saja muncul kembali jika tidak ditangani dengan tepat.

Ketika mereka berdua keluar dari bangunan itu, hari mulai kembali terang. Langit biru kembali terlihat, dan tanah yang kering mulai tumbuh kehidupan. Sidir melihat ke arah Alif, “Terima kasih. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan berhasil.”

“Semua ini adalah tanggung jawabku sebagai Penjaga Keberadaan. Kita harus menjaga agar hal seperti ini tidak terulang,” jawab Alif. Dia menyadari, dengan setiap perjuangan yang mereka hadapi, mereka telah membentuk ikatan yang tidak akan pernah pudar.

Alif mengantarkan Sidir kembali ke portal yang akan membawanya pulang. Saat mereka berdiri di ambang Lubang Cacing, Alif merasa ada dorongan dari dalam hatinya untuk melakukan lebih banyak. Dia ingin membantu lebih banyak dimensi yang membutuhkan, bukan hanya menjadi penjaga, tetapi juga menjadi pelindung dan penyelamat.

Setelah Sidir melangkah ke dalam portal, Alif berjanji pada dirinya sendiri untuk berkeliling ke berbagai dimensi, tidak hanya menjaga keberadaan, tetapi juga membantu mereka yang dalam kesulitan. Dia tahu perjalanan ini tidak akan mudah, penuh risiko dan tantangan. Namun, dalam hatinya, dia memiliki keyakinan bahwa setiap realitas berhak mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan.

Sekarang Alif adalah Penjaga Keberadaan yang baru, seorang pahlawan yang tidak hanya menjalin jembatan antar dimensi, tetapi juga menjalin hubungan dengan makhluk-makhluk lain yang ia temui. Dengan pikiran bebas dan semangat yang tak terbatas, dia melangkah ke dalam portal baru, menjelajahi keajaiban yang menantinya.

***

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Gambar menampilkan Alif, seorang pemuda dengan penampilan modern yang menjalani petualangan di dalam Lubang Cacing yang berwarna-warni. Portal berkilauan di latar belakang dengan cahaya biru dan ungu yang bersinar, sementara Sidir, sosok berjubah hitam, berada di sampingnya dengan ekspresi penuh harapan. Ruang di sekeliling mereka dipenuhi oleh berbagai bentuk energi yang menggambarkan kekacauan dan keajaiban di dalam dimensi tersebut.

**Judul: Penjaga Keberadaan di Lubang Cacing**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *