ID Times

situs berita dan bacaan harian

Roh yang Melintasi Jarak Bintang

Di sebuah desa kecil bernama Citra, yang terletak di tepi hutan lebat dan gunung tinggi, terdapat sebuah cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini adalah kisah tentang seorang roh bernama Lintang, yang dikatakan mampu melintasi jarak bintang. Penduduk desa percaya bahwa Lintang adalah jiwa seorang astronom yang hidup ribuan tahun lalu, yang pengetahuannya tentang bintang-bintang dan alam semesta melampaui zamannya.

Suatu malam, saat bulan purnama melengkapi kegelapan malam, seorang gadis bernama Nara duduk di depan rumahnya, menatap langit. Nara adalah seorang penggila astronomi. Sejak kecil, ia selalu berusaha memahami bahasa bintang, menggambar rasi bintang, dan mencoba meramal masa depan dengan memandangi tata surya. Namun, di dalam hatinya, Nara merindukan sesuatu yang lebih dari sekadar pengetahuan. Ia ingin tahu apakah ada kehidupan lain di luar angkasa.

Setiap malam, Nara mendengarkan cerita-cerita tentang Lintang dari neneknya. “Kau tahu, Citya,” sang nenek berkata, memanggil Nara dengan nama kecilnya, “Lintang bisa melintasi bintang-bintang. Dia mencari rumah bagi mereka yang hilang.” Nara selalu bertanya-tanya tentang pencarian Lintang yang misterius, dan apakah ada cara untuk memanggil roh tersebut.

Penuh rasa ingin tahu, Nara memutuskan untuk mencari cara memanggil Lintang. Ia menemukan sebuah buku tua di loteng rumahnya, yang berisi berbagai mantra dan ritual kuno. Dengan semangat, ia memilih satu ritual yang dikatakan dapat memanggil arwah yang tersesat untuk memberikan petunjuk kepada mereka yang mencarinya.

Malam itu, dia menyiapkan sebuah altar sederhana di halaman belakang rumahnya, dihiasi lilin dan gambar-gambar bintang. Dengan hati berdebar, Nara mulai mengucapkan mantra usang tersebut, berharap semoga Lintang mendengar panggilan hatinya.

Ketika suhu udara mulai menurun, dan angin malam menderu lembut, tiba-tiba langit dipenuhi cahaya bintang yang berkilau lebih dari biasanya. Di tengah keheningan malam, seberkas cahaya meluncur menghampiri Nara. Dia terpesona saat melihat sosok lembut muncul dari cahaya tersebut. Sosok itu berpakaian gaun putih panjang, dengan rambut panjang mengalir yang tampak bercahaya.

“Nara,” suara lembut itu berbisik, “aku adalah Lintang. Terima kasih telah memanggilku.”

Nara bergidik. Dia merasa seolah-olah jantungnya berdetak lebih cepat. “Lintang, aku ingin tahu apakah kita sendirian di alam semesta ini. Apakah ada kehidupan lain di antara bintang-bintang?”

“Sebagian besar dari kita memiliki kebangkitan yang berbeda,” kata Lintang. “Namun, jawabannya tidak hanya ditemukan dengan bertanya. Kau harus mencari dengan hati dan pikiranmu.”

Bermula dari percakapan itu, Lintang mengajak Nara untuk melakukan perjalanan yang lebih dari sekadar perjalanan fisik. Dengan sekejap, mereka melesat ke luar atmosfer bumi. Nara merasakan angin galaksi dan bintang-bintang berkelip di sekelilingnya. Mereka melintasi nebula yang berwarna pelangi dan bintang-bintang yang berkedip seperti lampu-lampu kecil di malam hari.

“Lihatlah, Nara,” kata Lintang sambil menunjuk ke arah sebuah planet kecil yang berputar di antara bintang-bintang. “Itu adalah planet Zora. Di sana, makhluk-makhluk hidup menciptakan lukisan di langit mereka, menggunakan cahaya bintang sebagai kuas.”

Mereka mendarat di Zora, di mana warna-warni bercahaya dan suara keras menyatu dalam harmonisasi. Nara terpesona melihat makhluk-makhluk aneh dan cantik, bentuk tubuhnya berkilau seperti bintang, melukis langit dengan corak yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Seorang makhluk mendekati Nara, lalu dengan suara lembut berkata, “Kami tahu setiap manusia memiliki damba yang sama—untuk menemukan makna dan menghubungkan diri dengan alam semesta.”

Nara merasa terhubung dengan makhluk-makhluk ini. Dia menyaksikan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain, seolah-olah mereka berbagi rahasia alam semesta. Dengan Lintang di sampingnya, dia bertanya, “Mereka memiliki cara berkomunikasi yang berbeda. Apa artinya semua ini, Lintang?”

“Di dunia ini, setiap makhluk memiliki cara untuk berbagi kisah. Mereka melakukannya dengan cara yang unik,” jawab Lintang. “Kenali diri sendiri sebelum kamu memahami orang lain, dan kamu akan menemukan titik temu di antara bintang-bintang.”

Setelah meluangkan waktu di Zora, Lintang membawa Nara ke banyak planet lain, masing-masing dengan keunikan dan kehidupan yang beragam. Dari Cintaria yang penuh cinta, di mana semua makhluk saling menulis puisi untuk menghargai satu sama lain, hingga planet Lengang, di mana semua kehidupan berputar dalam ketenangan dan keheningan, menciptakan simfoni alam yang menenangkan.

Namun, perjalanan mereka tidak hanya dihabiskan untuk bersenang-senang. Nara berkenalan dengan banyak makhluk, yang semuanya memiliki masalah dan tantangan. Di Cintaria, ia membantu makhluk-makhluk belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan lebih baik. Di Lengang, Nara mengajarkan mereka cara mengekspresikan emosi mereka melalui seni.

Setiap planet memberi Nara pelajaran berharga. Dia mulai memahami bahwa penting untuk saling mendengarkan dan berempati. Ketika mereka kembali ke rumah, Nara merasa tidak hanya terhubung dengan alam semesta, tetapi juga dengan setiap individu di sekitarnya.

Akhirnya, setelah perjalanan panjang yang menggugah jiwa, Nara bertanya kepada Lintang, “Apakah tugas kita sebagai manusia di bumi ini adalah untuk menjelajahi dan menghubungkan diri dengan makhluk lainnya?”

“Benar,” jawab Lintang. “Setiap makhluk adalah bagian dari jalinan besar yang disebut kehidupan. Melalui hubungan dan pengertian, kita melangkah menuju bintang-bintang.”

Saatnya Nara kembali ke bumi tiba. Dia merasakan ada sesuatu yang bergetar di dalam hatinya. Dia masih bisa melihat bintang-bintang cerah di langit, tetapi sekarang, dia tahu bahwa setiap titik cahaya itu memiliki cerita, keinginan, dan harapan—seperti dirinya sendiri.

Dengan perasaan penuh, Lintang mengucapkan selamat tinggal kepada Nara. “Ingatlah, apa pun yang terjadi, saya akan selalu ada di sini. Setiap kali kau melihat bintang berkilau, ingatlah janji kita—jelajahi, dan temukan hubungan di antara kita semua.”

Nara kembali ke alam kesadarannya, terbangun di halaman belakang rumahnya. Sekalipun hari sudah pagi, ingatan perjalanan itu begitu hidup dalam pikirannya. Dia segera mulai menggambar semua pengalaman yang dia dapat selama di dalam perjalanan, semua rahasia dan pelajaran dari setiap planet.

Akhirnya, Nara memutuskan untuk menjadi jembatan antara penduduk desanya dan alam semesta. Dia mulai mengadakan pengajaran tentang astronomi dan kehidupan di luar angkasa, meminta semua orang untuk saling menghargai satu sama lain, dan berbagi pengetahuan mereka.

Dan seperti halnya bintang-bintang bersinar di langit malam, Nara bersinar sebagai cahaya harapan bagi desanya, mengingatkan bahwa di luar batas-batas kita, terdapat hubungan yang tidak terputus dengan dunia lain yang menunggu untuk dijelajahi.

Nara dan Lintang memang takkan pernah bertemu lagi, tetapi di setiap bintang yang berkilau, Nara tahu bahwa pelajaran dan cinta yang dibawa Lintang akan terus terang bercahaya, membawa semangat penjelajahan dan kasih sayang di bumi.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Ilustrasi menggambarkan Nara yang berdiri di ladang terbuka dengan rasi bintang yang bersinar di atasnya. Di atas kepalanya, sosok Lintang bercahaya dengan gaun putih panjang, mengulurkan tangan ke arah bintang-bintang. Latar belakang menampilkan langit malam yang dipenuhi warna-warna cerah dari nebula dan bintang-bintang yang berkelap-kelip, menciptakan suasana magis dan penuh harapan.

**Roh yang Melintasi Jarak Bintang**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *