ID Times

situs berita dan bacaan harian

Roh yang Menggenggam Inti Bintang

Di sebuah desa kecil bernama Cinta Bintang, tersembunyi di antara pegunungan tinggi dan lembah yang subur, terdapat legenda tentang seorang roh yang mampu menggenggam inti bintang. Konon, roh ini adalah penjaga cahaya dan harapan, yang setiap malam turun dari langit untuk memberikan luminesensi luar biasa pada desa tersebut.

Suatu malam, di tengah gemerlap bintang-bintang, seorang pemuda bernama Arga duduk merenung di tepi danau. Ia memiliki impian sederhana: menemukan cara untuk mengubah desanya menjadi tempat yang lebih baik. Desanya terus-menerus dihantui kemiskinan dan ketidakberdayaan. Ia ingin memberi harapan kepada penduduk desa yang telah putus asa.

Sejak kecil, Arga selalu mendengar cerita dari neneknya tentang roh yang menggenggam inti bintang. Neneknya berkata, “Roh itu terbangun setiap seribu tahun sekali dan hanya memilih satu orang yang layak untuk menerima cahaya abadi dari bintang.” Arga percaya bahwa jika ia bisa menemukan roh itu, semua harapan dan impian desanya bisa terwujud.

Dengan tekad bulat, Arga memutuskan untuk mencari roh tersebut. Dia mengumpulkan sedikit bekal, menyematkan medali perak peninggalan neneknya di lehernya, dan memulai perjalanan ke puncak Gunung Pusaka, tempat yang diyakini menjadi kediaman roh tersebut. Selama perjalanan, Arga melewati hutan yang lebat dan jurang curam, di mana suara-suara alam menyambutnya seakan memberi semangat.

Setelah berhari-hari berjalan, Arga akhirnya mencapai puncak Gunung Pusaka. Di sana, angin bertiup kencang, dan langit malam terlihat lebih bersinar dari sebelumnya. Di tengah padang rumput yang luas, ia melihat siluet seorang perempuan bersinar yang dikelilingi cahaya bintang. Perempuan itu memiliki mata yang dalam dan senyuman lembut. Arga tahu, inilah roh yang dicarinya.

Dengan suara gemetar, Arga berkata, “Wahai roh yang menggenggam inti bintang, aku datang untuk memohon cahaya dan harapan bagi desaku. Kami telah berjuang selama bertahun-tahun dalam kegelapan, aku berdoa agar kau memberiku kesempatan untuk mengubah nasib kami.”

Roh tersebut tersenyum, dan cahaya bintang-bintang tampak berputar di sekelilingnya. “Anak muda, aku melihat ketulusan dalam hatimu. Namun, untuk mendapatkan cahaya yang kau cari, kau harus melewati ujian yang akan menentukan seberapa layak kau untuk menerimanya,” ujarnya.

Arga mengangguk penuh harapan. “Apa ujian itu?” tanyanya.

Roh tersebut menatap langit malam dan mengulurkan tangannya. Di telapak tangannya muncul sebuah bola cahaya berkilau. “Ini adalah inti bintang. Kau harus membawanya pulang ke desa dan menjaganya dengan baik. Namun, ingatlah, setiap kali kau ingin menggunakan cahaya ini, kau harus memberikan sesuatu yang berharga sebagai imbalannya. Jika kau tidak melakukannya, cahaya ini akan pergi darimu.”

Arga merasa beban besar berada di pundaknya, tetapi harapan itu lebih kuat. Dia menerima bola cahaya itu dengan penuh rasa syukur. Tangan roh itu meresap ke dalam jiwanya, memberinya kekuatan dan ketenangan. Saat ia berbalik untuk pulang, ia merasa seolah-olah langit dan bumi bersatu dalam langkahnya.

Sesampainya di desa, Arga segera mengumpulkan penduduk untuk menunjukkan cahaya bintang yang ia bawa. Mereka terpesona melihat bola cahaya yang bergetar dalam tangannya, seolah-olah mengandung jutaan harapan. Arga berkata, “Kita akan kembali menciptakan keajaiban di desa kita. Namun, ada syarat agar kita dapat menggunakan kekuatan dari cahaya ini.”

Penduduk desa mendengarkan dengan penuh perhatian saat Arga menceritakan ujian yang diberikan roh. “Setiap kali kita ingin menggunakan cahaya ini, kita harus bersedia memberikan sesuatu yang berarti dari diri kita. Kita harus saling memberi dan berbagi untuk menjaga harapan ini tetap hidup.”

Awalnya, beberapa penduduk ragu. Mereka takut kehilangan sesuatu yang berharga, tetapi Arga meyakinkan mereka. “Dengan berbagi, kita tidak hanya memberikan untuk diri kita sendiri, tetapi untuk seluruh desa.”

Hari demi hari berlalu, dan Arga menjadi pemimpin yang menginspirasi. Saat penduduk desa mulai membagi makanan, waktu, dan tenaga mereka untuk membantu satu sama lain, cahaya dari bola cahaya itu semakin bersinar cerah. Pertanian mereka mulai membuahkan hasil, pendidikan pun meningkat, dan rasa persatuan menyebar di antara warga desa.

Namun, ketidakpuasan tetap muncul. Beberapa penduduk mulai merasa iri dan menganggap bahwa mereka pantas mendapatkan sebagian dari cahaya itu tanpa perlu memberi. Mereka tidak percaya akan pentingnya saling berbagi dan mulai membangkang terhadap Arga. Situasi semakin memburuk ketika sekelompok orang berusaha merebut bola cahaya dengan paksa.

Di tengah ketegangan itu, Arga mengingat pesan roh. Ia mendatangi roh di puncak Gunung Pusaka dalam keadaan putus asa. “Wahai roh, aku tidak tahu harus melakukan apa. Cahaya ini menjadi beban bagi kami, dan bukannya harapan, kini ia telah menimbulkan perselisihan.”

Roh tersebut melihat ke dalam hati Arga. “Cahaya sejati tidak hanya berasal dari bola cahaya ini, tetapi dari hati dan tindakanmu. Belajarlah untuk menerima dan memberi tanpa pamrih. Kamu harus menunjukkan kepada mereka arti sejati dari harapan.”

Arga kembali ke desanya dengan bantuan roh yang membimbingnya. Bersama penduduk yang setia, ia menyelenggarakan sebuah acara yang merayakan persatuan, ketulusan, dan saling memberi. Mereka menyajikan makanan, menyanyikan lagu, dan berbagi cerita tentang perjuangan dan harapan mereka. Cahaya dari bola cahaya pun menyala lebih terang dari sebelumnya.

Akhir cerita, penduduk desa sadar bahwa shopping dan memiliki keistimewaan sendiri bukanlah yang terpenting. Yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat hidup saling mendukung dan memperkuat satu sama lain, menjaga impian di hati dan harapan yang bersinar.

Roh yang menggenggam inti bintang melihat dari langit, tersenyum bangga kepada Arga dan desanya. Mereka telah belajar bahwa cahaya sejati bukanlah sekadar fisik, tetapi bensin bagi jiwa yang saling menyatu dalam harmoni. Dan ketika bintang-bintang bersinar lebih terang dari sebelumnya, harapan itu pun hidup bersamanya.

**Image Description for the Article:**
Gambaran malam yang penuhi bintang-bintang, dengan silhouettes lembut dari sebuah desa kecil di bawah puncak gunung. Di tengah pemandangan, terlihat seorang pemuda dengan cahaya bulat cerah di tangannya dan sosok perempuan bersinar di belakangnya, menyimbolkan roh bintang. Angin berhembus lembut dan cahaya dari bintang-bintang berkelap-kelip, mencerminkan keajaiban dan harapan.

**Roh yang Menggenggam Inti Bintang**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *