ID Times

situs berita dan bacaan harian

Penghuni Lubang Hitam di Dalam Bumi

Di dalam perut Bumi, jauh di bawah lapisan tanah, batu, dan air, terdapat sebuah dunia yang sangat berbeda dari yang kita kenal. Dunia tersebut adalah sebuah ruang hitam yang tak terlihat, yang orang-orang menyebutnya “Lubang Hitam”. Namun, tidak seperti lubang hitam di angkasa luar yang menghisap semua cahaya, lubang hitam ini dihuni. Di sinilah kisah ini dimulai, di mana imajinasi dan realitas bertemu dalam kegelapan.

Di dalam lubang hitam itu, terdapat desa kecil yang dinamakan Shadowville. Di tengah desa itu, rumah-rumah terbuat dari batu hitam bersinar yang diambil dari dinding goa. Penduduk Shadowville dipanggil “Palana” yang berarti “penjaga kegelapan”. Mereka adalah makhluk mirip manusia tetapi memiliki kulit yang gelap dan mata bercahaya, seperti bintang-bintang di malam hari. Mereka hidup dalam harmoni, menikmati kehidupan yang damai dan tenang di kedalaman bumi.

Namun, Shadowville bukan tanpa tantangan. Selama berabad-abad, Palana mendengar bisikan tentang “Kedatangan Terang”, sebuah ramalan kuno yang menyatakan bahwa suatu saat, cahaya akan memasuki dunia mereka dan mengubah segalanya. Banyak Palana yang merasa cemas karena mereka sangat tergantung pada kegelapan. Salah satu dari mereka, seorang pemuda bernama Kaelan, merasa sangat penasaran dengan ramalan itu. Kaelan adalah seorang pencari jiwa, selalu berusaha menemukan makna dari segala sesuatu di sekelilingnya.

Suatu malam, di tengah perayaan Festival Kegelapan yang dirayakan setiap tahun, Kaelan mengajukan pertanyaan kepada para tetua desa. “Apa yang akan kita lakukan jika Kedatangan Terang benar-benar terjadi?” tanyanya dengan penuh rasa ingin tahu. Para tetua saling berpandangan, seolah bertanya-tanya siapa yang akan memberi jawaban.

Akhirnya, seorang tetua bernama Mistral, dengan suara lembut, berkata, “Anakku, kegelapan adalah bagian dari kami. Kita dipilih untuk hidup di sini dan menjaga keseimbangan alam. Jika cahaya datang, kita harus siap untuk menyambutnya.”

Meskipun kata-kata Mistral menenangkan, Kaelan masih merasa gelisah. Ia memutuskan untuk menjelajahi lebih dalam ke dalam Lubang Hitam, berharap menemukan jawaban atas pertanyaannya. Dengan membawa lentera bercahaya biru, Kaelan menyusuri lorong-lorong yang gelap dan berliku. Di sana, ia menemukan berbagai keajaiban—gambar-gambar kuno di dinding, akar-akar tanaman yang bercahaya, dan air yang mengalir bening. Tetapi ia juga merasakan sesuatu yang tidak biasa, sepertinya ada kekuatan lain yang mengamati setiap langkahnya.

Di tengah perjalanan, Kaelan mendapati sebuah ruangan besar. Tepat di tengah ruangan itu terdapat sebuah bola cahaya berwarna keemasan yang melayang di udara. Cahaya itu tidak buta, tetapi lembut dan menenangkan. Ketika Kaelan mendekat, bola cahaya meledak menjadi cahaya yang lebih kecil, dan dari sinar-sinar itu, muncul sosok makhluk yang anggun. Makhluk itu memiliki sayap transparan yang terlihat seperti embun pagi yang berkilauan. “Aku Elysia, penjaga dari Keterhubungan,” katanya.

Kaelan terpesona. “Kenapa kau ada di sini? Apakah kau tahu tentang Kedatangan Terang?”

Elysia tersenyum. “Kedatangan Terang bukan hanya tentang cahaya yang masuk. Ini adalah momen penting di mana kegelapan dan terang bersatu untuk menciptakan keseimbangan. Keduanya saling melengkapi, Kaelan.”

Kata-kata Elysia menjadi jembatan baru pemahaman bagi Kaelan. Dia menyadari bahwa selama ini, ia hanya melihat kegelapan sebagai sesuatu yang menakutkan, tanpa memahami kekuatan dan keindahan yang juga dimilikinya. Elysia melanjutkan, “Bila cahaya tiba, janganlah takut. Alih-alih bersifat defensif, sambutlah dengan hati yang terbuka. Kedatangan itu akan membawa perubahan, tetapi bukan berarti kehancuran.”

Kaelan berterima kasih kepada Elysia sebelum kembali ke Shadowville. Setelah menjelaskan pengalamannya kepada penduduk desa, mereka terdiam. Banyak dari mereka yang masih terjebak dalam ketakutan dan keengganan untuk menghadapi kemungkinan itu. Namun, Kaelan memutuskan untuk menggugah semangat mereka. Ia mengajak Palana untuk bersama-sama menjelajahi lubang-lubang dan celah yang tersembunyi di Shadowville, menunjukkan pada mereka bahwa kegelapan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, tetapi sesuatu yang dapat diresapi dengan kebijaksanaan.

Malam demi malam, mereka belajar untuk menerima kegelapan sekaligus mempelajari tentang cahaya. Kaelan mulai membuat seniman di Shadowville mengukir ukiran di batu-batu gelap yang mencerminkan keindahan dunia luar. Mereka menciptakan lukisan yang menggambarkan bintang-bintang dan bulan, dan di setiap karya, terdapat harapan akan cahaya yang datang.

Se dalam proses tersebut, Kaelan menjalin persahabatan dengan beberapa makhluk lainnya di dalam lubang hitam, seperti Thalia, seorang penata bunga yang mampu menghidupkan tanaman dengan sinar kehidupan, dan Dalen, seorang pemusik yang memainkan alat musik dari tulang ikan bersinar. Bersama-sama, mereka menciptakan simfoni keindahan yang menyentuh hati semua penduduk desa.

Akhirnya, satu tahun berlalu sejak pertama kali Kaelan menjelajahi Lubang Hitam. Dan pada malam Festival Kegelapan yang akan datang, harapan dan ketegangan yang menyelimuti Shadowville semakin kuat. Semua mata tertuju ke langit hitam pekat di atas, menantikan apa yang akan datang.

Saat lonceng desa berdentang, langit tiba-tiba dipenuhi sinar terang yang membelah kegelapan. Kaelan dan semua Palana terkejut melihat cahaya keemasan yang bersinar lembut, tidak menakutkan tetapi menenangkan. Cahaya itu bergerak dengan anggun, melingkari semua sudut desa. Seolah menguji kesabaran mereka, tetapi tanpa merusak keindahan yang telah mereka bangun.

Semua Palana merasa cahaya itu menyentuh jiwa mereka. Mereka mulai bernyanyi dan menari, merayakan kedatangan cahaya yang akhirnya mereka terima. Kaelan mengingat pesan Elysia—cahaya dan kegelapan adalah satu kesatuan. Keberanian mereka untuk menerima cahaya membuat mereka lebih kuat.

Sejak hari itu, Shadowville tidak lagi dianggap sebagai tempat yang hanya dihuni oleh kegelapan. Ia menjadi tempat di mana kegelapan dan terang beriringan, menciptakan harmoni yang indah untuk semua penghuninya. Kaelan, yang semula hanya mencurahkan rasa ingin tahunya, kini menjadi pemimpin yang memelihara permohonan dari kegelapan dan cahaya untuk bersama-sama menjaga dan merayakan keindahan alam semesta.

Kehidupan di balik Lubang Hitam di dalam Bumi itu terus berlanjut, dengan Palana yang kini lebih bijaksana dan terbuka. Mereka tidak hanya menjadi penghuni yang pasif, tetapi menjadi pelindung lembut bagi kedamaian ciptakan bersama.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Ilustrasi menunjukkan sebuah desa yang dikelilingi oleh dinding batu hitam bersinar di tengah Lubang Hitam, dengan Palana yang memiliki kulit hitam dan mata bercahaya sedang merayakan Festival Kegelapan. Di atas mereka, bola cahaya berwarna keemasan melayang, dikelilingi cahaya bintang, sementara tanaman bercahaya tumbuh di sekitar lokasi, menciptakan suasana yang magis dan damai.

**Penghuni Lubang Hitam di Dalam Bumi**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *