ID Times

situs berita dan bacaan harian

Roh yang Bersemayam di Perut Bumi

Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggir hutan, terdapat legenda tentang sebuah roh yang bersemayam di perut bumi. Legenda ini bercerita tentang suatu makhluk misterius yang dipercaya menjaga keseimbangan alam dan memberikan kehidupan kepada hutan dan tanah di sekitarnya. Tidak ada yang mengetahui seberapa benar kisah ini, tetapi setiap generasi penduduk desa mewariskan cerita ini kepada anak-anak mereka, menambahkan sedikit bumbu dan imajinasi dengan setiap pengulangan.

Cerita ini bermula pada suatu malam yang gelap dan sunyi. Bulan purnama bersinar cerah, memancarkan cahaya perak yang menerangi setiap sudut desa. Dicky, seorang pemuda yang penasaran dan suka berpetualang, merasa tertantang untuk menjelajahi hutan yang selama ini dianggap angker oleh penduduk desa. Dengan hanya berbekal senter dan sebotol air, ia bertekad untuk mencari tahu lebih dalam tentang roh yang bersemayam di perut bumi.

“Saya akan menjadi orang pertama yang membuktikan bahwa roh itu ada,” pikirnya dengan semangat. Dengan keberanian di dadanya, Dicky melangkah memasuki hutan. Suara dedaunan yang berdesir dan binatang malam menemani setiap langkahnya, memberikan kesan seolah hutan itu hidup dan memperhatikan kehadirannya.

Setelah berjalan beberapa saat, Dicky tiba di sebuah tempat yang tidak dikenalnya. Di sana, ia menemukan sebuah gua besar yang seolah-olah mengundang untuk dijelajahi. Dicky, dengan rasa ingin tahunya yang menggebu, melangkah masuk ke dalam gua tersebut. Suasana di dalam gua berbeda; udara terasa lebih sejuk dan keheningan yang mendalam membuatnya merasakan kedamaian yang aneh.

Di dalam gua, Dicky melihat ukiran-ukiran kuno di dinding yang menggambarkan berbagai kehidupan makhluk di hutan. Salah satu ukiran menarik perhatiannya; sebuah gambar besar sosok manusia setengah kuat mirip binatang, dikelilingi oleh tanaman dan hewan. Di bawah gambar itu, terdapat tulisan yang samar-samar dapat dibaca: “Dia yang menjaga keseimbangan, lahir dari tanah dan kembali ke tanah.”

Dicky merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Setiap langkahnya semakin dalam ke dalam gua. Tak lama setelah itu, ia mendengar suara gemericik air. Dengan penasaran, ia mengikuti suara itu hingga tiba di sebuah kolam kecil yang airnya sangat jernih. Di tengah kolam, ada cahaya lembut seakan melayang di atas permukaan air.

Dituntun oleh rasa ingin tahunya, Dicky mendekat. Saat mengulurkan tangan untuk menyentuh air, tiba-tiba cahaya itu membesar dan muncul sosok yang tidak bisa dijelaskan. Sosok itu adalah seorang wanita yang cantik dengan kulit berkilau dan rambut yang mengalir seperti aliran air. Ia terlihat seperti salah satu penjelmaan dari legenda desa.

“Saya adalah Roh Bumi,” katanya dengan suara lembut namun tegas, “Aku telah menjaga hutan ini selama berabad-abad. Apa yang kau inginkan, anak manusia?”

Dicky tertegun, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Namun, keberaniannya kembali muncul. “Saya datang untuk menemukanmu, Roh Bumi. Saya ingin tahu mengapa desa kami selalu dilarang untuk memasuki hutan ini.”

Roh Bumi tersenyum, tetapi di balik senyumnya itu tersimpan kesedihan. “Hutan ini adalah tempat suci yang harus dilindungi. Mata manusia hanya bisa melihat pada permukaan, tetapi di dalam hutan ini terdapat kehidupan yang saling bergantung. Ketika kalian merusak hutan, kalian tidak hanya merusak rumah mereka, tetapi juga merusak keseimbangan alam.”

Dicky merasa ada yang menggerakkan hatinya. Ia meneruskan, “Tapi, kami hanya ingin mengambil sedikit dari alam untuk bertahan hidup.”

“Saya mengerti,” jawab Roh Bumi. “Namun, ingatlah bahwa setiap makhluk di hutan ini memiliki peran mereka masing-masing. Jika satu saja terganggu, dampaknya akan menghancurkan yang lainnya.”

Dicky merasa sangat tertegun. Ia merasa tersentuh dengan kata-kata Roh Bumi itu. Tiba-tiba, ia teringat akan tanah yang tergerus karena pembangunan yang terjadi di desa mereka dan bagaimana hutan sudah mulai menyusut.

“Bagaimana jika aku bisa membantu menjaga hutan ini?” Dicky bertanya dengan penuh harapan.

Roh Bumi menatapnya dalam. “Anak manusia, jika kau sungguh-sungguh ingin membantu, kau harus membawa pesan ini kepada penduduk desa. Mereka harus tahu bahwa hutan bukan hanya tempat untuk mengambil, tetapi juga untuk dilindungi. Jika tidak, bencana akan menanti di masa depan.”

Dengan tekad yang bulat, Dicky berjanji kepada Roh Bumi. Namun, sebelum ia meninggalkan gua, Roh Bumi memberikan sebuah jimat kecil, yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk menyerupai daun. “Ini akan membantumu menemukan jalan kembali, dan ingat pesan ini: jaga hutan seolah-olah ia adalah bagian dari dirimu sendiri.”

Dicky keluar dari gua dengan perasaan ringan, tetapi penuh tanggung jawab. Saat ia kembali ke desa, ia mulai menceritakan pengalamannya kepada penduduk desa. Namun, banyak yang meragukan kisahnya. Mereka melihat Dicky hanya sebagai pemuda yang terbawa oleh imajinasi.

Namun, ada beberapa orang tua yang mendengarkan dengan seksama kisah Dicky dan bisa merasakan kejujuran di dalam hatinya. Salah satu dari mereka, Kakek Abdul, adalah penjaga hutan tertua di desa. “Jika Dicky berkata benar, kita tinggal menunggu bencana, demi menyelamatkan segala sesuatu yang kita cintai,” katanya dengan suara penuh wibawa.

Bertahap, kakek dan Dicky mengajak warga desa untuk bersama-sama merawat dan melindungi hutan. Mereka mulai membuat kebun dan ladang yang ramah lingkungan di tepi hutan, serta mengumpulkan sampah yang berserakan. Meskipun awalnya ada penolakan, lama kelamaan penduduk desa mulai menyadari pentingnya hutan bagi kehidupan mereka.

Hari-hari berlalu, dan daripada membuang-buang waktu, Dicky dan penduduk mulai melakukan berbagai kegiatan konservasi, seperti menanam pohon dan melestarikan flora dan fauna setempat. Hutan tidak lagi dianggap sebagai musuh, tetapi menjadi teman yang membantu mereka.

Suatu malam, ketika Dicky menatap bulan purnama, ia mendapati sosok Roh Bumi di antara pepohonan. Ia merasa terharu melihat seberapa jauh desa telah berubah. “Terima kasih, Roh Bumi, atas pembelajaran ini,” ucapnya.

Roh Bumi tersenyum dan berkata, “Kau telah melakukan yang benar, Dicky. Hutan ini kini aman karena ada orang-orang seperti dirimu yang peduli. Ingatlah bahwa keseimbangan alam tidak hanya terletak pada keharmonisan antara manusia dan alam, tetapi juga di antara manusia itu sendiri.”

Sejak saat itu, hutan menjadi bagian penting dalam kehidupan desa. Mereka belajar untuk hidup berdampingan dengan lingkungan, dan Dicky dikenang sebagai pahlawan yang membawa perubahan. Setiap tahun, mereka merayakan hari ketika Dicky pertama kali bertemu dengan Roh Bumi, menjaga agar kisah itu tetap hidup di benak anak-anak berikutnya.

Secara perlahan, roh yang bersemayam di perut bumi memberi makna bagi hidup mereka—alam dan manusia harus saling menjaga, agar kehidupan tetap seimbang dan harmoni.

### Deskripsi Gambar untuk Artikel:

Gambar yang menggambarkan artikel ini menunjukkan suasana mistis di dalam hutan yang lebat dengan cahaya bulan purnama yang menerangi pohon-pohon tinggi. Di latar depan, terlihat Dicky berdiri dengan senter terangkat, sementara di belakangnya terdapat sosok Roh Bumi, seorang wanita cantik dengan aura cahaya. Dinding gua dengan ukiran kuno tampak samar di sisi kanan, menambah nuansa misterius dan magis pada gambar ini.

## Roh yang Bersemayam di Perut Bumi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *