ID Times

situs berita dan bacaan harian

Makhluk yang Menyusup di Lintasan Asteroid

Di tengah ruang angkasa yang sunyi dan misterius, terdapat sebuah jalur asteroid yang dikenal sebagai Belt Norras. Jalur ini terkenal karena banyaknya asteroid yang berputar dalam jarak yang cukup dekat, menciptakan pemandangan nan indah sekaligus berbahaya. Para penjelajah ruang angkasa sering kali melintasi jalur ini untuk mencari mineral berharga. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa di balik keindahan tersebut, tersimpan sebuah rahasia gelap yang belum terungkap.

Pesawat luar angkasa *Horizon*, yang dipimpin oleh Kapten Rizal, sedang dalam misi untuk meneliti potensi sumber daya di Belt Norras. Bersama dengan timnya yang terdiri dari ilmuwan dan teknisi cerdas, mereka bersiap untuk melakukan penelitian di salah satu asteroid terkecil yang terlihat. Saat pesawat mendekat, para anggota tim disambut oleh panorama asteroid yang berkilau remuk dalam kegelapan.

“Siapkan instrumen pengukur!” seru Rizal. “Kita akan mendarat sebentar lagi.”

Para anggota tim sibuk menyiapkan peralatan. Namun, di balik perhatian mereka yang tertuju pada asteroid, sesuatu yang aneh terjadi. Di antara kerumunan asteroid besar dan kecil, terdapat bayangan gelap yang bergerak cepat. Makhluk itu mirip seperti sosok berbentuk gelombang, nyaris tidak terlihat di antara serpihan batu angkasa yang monoton. Ia mengamati pesawat *Horizon* dengan ketertarikan sekaligus kecemasan.

“Kapten, kami sudah mendekati permukaan asteroid. Bersiaplah mendarat,” ujar Nisa, seorang ahli geologi yang mempelajari permukaan asteroid.

Rizal mengangguk dan memusatkan perhatian pada layar pendaratan. Di luar, gemuruh asteroid beradu kekuatan menambahkan kejutan dalam misi yang tampak biasa ini.

Setelah mendarat, tim mulai melakukan pengukuran. Mereka mengumpulkan sampel mineral dan memeriksa struktur batuan. Namun, tidak ada yang menyadari keberadaan makhluk yang menyusup di antara mereka.

Makhluk itu, yang mereka beri nama “Aethrax,” adalah bentuk kehidupan yang tidak terduga. Aethrax datang dari dimensi lain, terjebak di Belt Norras selama ribuan tahun. Ia berfungsi sebagai penjaga mineral-mineral langka yang tersembunyi di dalam asteroid. Aethrax memiliki kemampuan beradaptasi luar biasa, bisa bersembunyi di balik cahaya atau bayangan, membuatnya nyaris tidak terlihat oleh mata manusia.

Hari pertama berlalu tanpa kejadian aneh. Tim berhasil mengumpulkan data dan mineral. Namun, malam itu, saat mereka bersantai di dalam pesawat, ketegangan mulai terasa. Nisa memperhatikan ada sesuatu yang bergerak cepat di luar jendela.

“Ada sesuatu di luar!” teriaknya, menunjukkan ke arah kaca pesawat.

Rizal bergegas menuju jendela dan melihat sekilas bayangan hitam melintasi asteroid. “Mungkin hanya ilusi. Tapi kita harus ekstra hati-hati,” katanya, meskipun dalam hatinya mulai merasa ganjil.

Keesokan harinya, tim melanjutkan penelitian mereka, namun kehadiran Aethrax semakin terasa. Ia mulai mengganggu komunikasi tim dengan mengalihkan sinyal dan menyebabkan kerusakan pada peralatan. Hari demi hari, ketegangan makin meningkat seiring dengan serangkaian kecelakaan kecil yang terjadi.

“Ini pasti sabotase,” tambah Anton, seorang insinyur, setelah alat perekam suara mereka merekam bunyi aneh yang serupa dengan desahan. “Ada sesuatu yang mengawasi kita.”

Sementara itu, Aethrax semakin panik. Ia tidak berniat menyakiti manusia, cuman ingin menjaga sesuatu yang sangat berharga—sebuah artefak kuno yang terkubur dalam asteroid. Artefak tersebut diyakini memiliki kekuatan luar biasa, dan Aethrax bertugas untuk melindunginya dari pihak manapun yang ingin menguasainya.

Tiga hari setelah mendarat, tim menemukan celah besar di dalam asteroid. Rasa ingin tahu mendorong mereka untuk menjelajahi dalamnya. “Kita harus masuk!” kata Rizal dengan semangat. “Siapa tahu ada sumber daya berharga di dalam sana.”

Mereka membekali diri dengan senter dan peralatan. Langkah demi langkah, mereka menelusuri lorong-lorong gelap yang terbuat dari batu dan logam. Aroma mineral yang kuat memenuhi udara, menambah misteri tempat tersebut. Namun, saat mereka mendalam, mereka merasakan sesuatu yang tidak beres.

Tiba-tiba, lorong di depan mereka bergetar dan mereka mendengar suara gemuruh yang tidak asing. Secara bersamaan, bayangan Aethrax muncul di depan mereka, menghalangi jalan mereka. Para anggota tim terperangah.

“Siapa kamu?” tanya Rizal dengan nada tegas, meskipun di dalam hatinya dia bergetar ketakutan.

Aethrax tidak menjawab tetapi menampakkan bentuknya yang berkilau, mengeluarkan cahaya lemah. Ia menunjukkan tanda-tanda ketidakberdayaan, seakan meminta pemahaman.

“Dia tidak ingin menyakiti kita!” teriak Anton. “Dia hanya melindungi sesuatu!”

Perdebatan terjadi di antara mereka. Rizal ingin mengambil artefak yang dilindungi Aethrax, sedangkan Nisa berusaha meyakinkan Rizal untuk menghormati makhluk hidup ini. “Dia adalah penjaga! Kita tidak bisa merusak ekosistem ini hanya demi keuntungan.”

Sementara itu, Aethrax berusaha berkomunikasi melalui gelombang energi, menyalurkan pikiran yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dalam sekejap, semua orang merasakan visi yang sama—sebuah citra masa lalu di mana makhluk ini melindungi planetnya, melawan ras pemberontak yang ingin mengambil kekayaan alamnya.

Menyadari bahwa Aethrax bukanlah makhluk jahat, namun lebih kepada penjaga, Rizal mulai merasa menyesal. “Jika kita mengambil artefak ini, kita akan menghancurkan rumahnya,” katanya. “Mungkin ada cara lain untuk bersahabat.”

Pada saat itu, mereka memutuskan untuk menawarkan ganti rugi. Dalam keheningan yang menyentuh, Aethrax mengeluarkan artefak tersebut dari persembunyiannya. Artefak yang berkilau itu ternyata adalah batu permata yang bercahaya seperti bintang.

Dengan rasa hormat, Rizal menghampiri dan mengeluarkan sebagian peralatan dari pesawat yang bisa dipakai untuk penelitian tanpa merusak tempat itu. Aethrax mengamati dan mendekat, mengizinkan mereka mengambil sebagian kecil dari sumber daya, asalkan tidak merusak tempat tinggalnya.

“Mari kita jaga satu sama lain,” kata Nisa sambil tersenyum. Aethrax, meskipun tidak bisa berbicara, tampak menyetujui dengan anggukan lembut.

Setelah beberapa hari tinggal bersamaan dan membangun kepercayaan, Aethrax membawa mereka ke tempat-tempat tersembunyi di dalam asteroid, memberikan mereka akses pada mineral-mineral berharga yang dapat dieksplorasi tanpa merusak lingkungannya. Mereka banyak belajar, tidak hanya tentang geologi, tetapi juga tentang hubungan antar makhluk dari dimensi berbeda.

Ketika saatnya untuk pergi tiba, tim *Horizon* merasa berat meninggalkan Aethrax. Mereka melakukan perpisahan dengan harapan untuk bertemu lagi di lain hari. Dengan bekal pengetahuan baru dan persahabatan yang tak terduga, mereka melanjutkan perjalanan pulang, membawa cerita yang akan dikenang selamanya.

Di tengah perjalanan, Rizal menatap kembali ke Beltof Norras, dengan keyakinan baru bahwa di luar sana, di balik rimbun bintang dan asteroid, masih banyak hal yang perlu dipahami. Dan mungkin, makhluk-makhluk lain seperti Aethrax menanti untuk ditemukan.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Gambar yang mendampingi artikel ini adalah ilustrasi visual luar angkasa dengan pemandangan jalur asteroid yang berkilauan. Di tengah gambar, terlihat sebuah pesawat luar angkasa *Horizon* yang mendarat di permukaan asteroid. Di sekitar pesawat, berbagai bentuk asteroid muncul dalam berbagai ukuran. Di sudut, tampak sosok gelap Aethrax yang nyaris tidak terlihat, dikelilingi cahaya samar yang berkilau. Latar belakangnya dihiasi bintang-bintang yang berpendar dan galaksi yang jauh, memberikan kesan misterius dan magis pada suasana luar angkasa.

**Judul: Makhluk yang Menyusup di Lintasan Asteroid**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *