ID Times

situs berita dan bacaan harian

Penjaga di Singgasana Kosmik

Dalam galaksi yang jauh, tersembunyi sebuah planet bernama Astraea. Planet ini dikelilingi oleh mistis dan keindahan, dengan langit yang bersinar dalam warna ungu dan biru. Di tengah keindahan itu, terdapat sebuah istana megah yang dikenal sebagai Singgasana Kosmik. Istana ini tidak hanya menjadi tempat tinggal para dewa dan dewi, tetapi juga merupakan penjaga dari keseimbangan kosmik yang mengatur semua makhluk hidup di seluruh alam semesta.

Di Singgasana Kosmik, seorang penjaga melayani dengan penuh dedikasi. Namanya Asteru, seorang makhluk dengan mata berkilau seperti bintang dan sayap yang memancarkan cahaya lembut. Tugasnya bukanlah tugas yang ringan; ia bertanggung jawab untuk melindungi singgasana dari kekuatan gelap yang ingin menghancurkan tatanan kosmik. Setiap malam, ketika bintang-bintang menghiasi langit, Asteru berdiri tegar di depan pintu masjid, bersiap menghadapi sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Suatu malam, Asteru merasakan getaran yang aneh. Getaran itu berasal dari kegelapan yang berkumpul di luar istana. Makhluk bernama Nocturnus, yang dikenal sebagai Penguasa Kegelapan, telah menemukan cara untuk melewati batasan kekuasaan dewa dan bersiap untuk menyerang Singgasana Kosmik. Nocturnus adalah makhluk menakutkan dengan tubuh yang gelap, hanya diwarnai oleh mata merah menyala yang berkilauan penuh kebencian.

Ketika Asteru menyadari kehadiran Nocturnus, ia bergegas menuju ruang majelis, di mana dewa-dewi berkumpul untuk membahas ancaman tersebut. Dalam ruangan yang dipenuhi cahaya bintang, Asteru menyampaikan laporan dengan suara tegas. “Nocturnus telah datang, dan ia berencana untuk merusak keseimbangan yang kita jaga dalam waktu yang relatif dekat. Kita harus bersiap.”

Dewa-dewi terdiam sesaat, merasakan ketegangan yang mengisi ruangan. Dewa Perang, Kolaris, yang terkenal dengan pedang berkilau dan suara sekeras guntur, adalah yang pertama berbicara. “Kita tidak bisa membiarkan kegelapan merambat. Kami akan mengirim pasukan untuk menghadapi ancaman ini.”

Tapi dewi kebijaksanaan, Elyndra, menggelengkan kepalanya. “Bukan hanya dengan kekuatan fisik kita bisa menghadapi Nocturnus. Dia kuat dan licik. Kita perlu strategi yang lebih bijaksana.”

Asteru berpikir sejenak. “Bagaimana jika kita menarik perhatian Nocturnus ke satu titik, sementara kita mempersiapkan gelang pertahanan di sekitar Singgasana? Jika kita bisa mengalihkan perhatiannya, mungkin kita bisa menjebaknya.”

Dewi Petir, Zara, mengangguk setuju. “Itu ide yang baik. Kita bisa menyebarkan ilusi di seluruh planet dan menjadikannya sasaran perhatian.”

Rencana pun diterapkan pada malam yang sama. Asteru terbang ke luar Singgasana, menyapa bintang-bintang dan menggulirkan ilusi yang akan mendistraksi Nocturnus. Ia menciptakan gambaran langit yang penuh dengan bintang jatuh dan semarak cahaya untuk menarik perhatian sang Penguasa Kegelapan.

Nocturnus, yang memang terbakar dengan hasrat untuk menghancurkan Singgasana Kosmik, tidak dapat menahan diri untuk tidak mendekati cahaya. Dengan cepat, dia terbang melintasi dimensi, menuju tempat cahaya tersebut muncul.

Ketika kegelapan itu semakin mendekat, Asteru mengarahkan dirinya dalam perjalanan kembali menuju istana. Dia memanggil dewa-dewi untuk bersiap merangkum kekuatan di sekitar Singgasana. Dalam waktu sekejap, mereka membentuk lingkaran keagungan yang berkilauan, menciptakan pertahanan dari energi positif yang bersinar.

Ketika Nocturnus akhirnya tiba, sebuah ledakan cahaya menerangi seluruh ruangan. Dengan marah, dia berteriak, “Di mana kau, Asteru? Aku datang untuk merobohkan dunia ini!” Dia mencoba menyerang, tetapi hitam pekatnya berusaha menembus energi pertahanan yang terbangun.

Namun Asteru tidak gentar. Dia telah siap. “Kami tidak akan membiarkanmu mengacak-acak tatanan yang sudah ada. Kekuatan kegelapanmu tidak dapat mengalahkan seluruh cahaya yang bersatu.”

Teriakan Asteru menggema dalam ruang, membuat Nocturnus terhenti sejenak. Rasa khawatir yang biasanya tidak dia rasakan menyelimuti dirinya. Dalam sekejap, dewa-dewi lainnya menyerang dengan serangan magis mereka, listrik dari Zara, sihir cahaya dari Elyndra, dan pedang Kolaris yang terbang menghujani si gelap dengan sinar yang mematikan.

Nocturnus mengerang sementara serangan demi serangan meluncur padanya. Dia kehabisan energi, semakin tertekan oleh cahaya terang yang terus bersinar. Merasakan kekalahan yang tak terhindarkan, dia melambung tinggi ke angkasa, bertekad untuk melarikan diri ke tempat di mana kegelapan tidak akan pernah bisa dijangkau.

Namun, sebelum dia berhasil melarikan diri, Asteru membentangkan sayapnya seluas-luasnya. Ia menciptakan lingkaran bintang yang bersinar, mengelilingi Nocturnus. “Jangan berpikir bisa pergi begitu saja! Ketika satu bagian dari kosmos bermasalah, kita semua akan merasakannya.”

Dengan beban kelelahan bagi Nocturnus, Asteru menempatkan preventif di sekelilingnya. Energi magis dari semua dewa membentuk pengurungan yang tidak bisa ditembus, membuat ancaman kegelapan terperangkap selamanya.

Ketika kebisingan pertarungan mereda, semua makhluk merasakan hembusan angin damai. Nocturnus yang terkurung terbawa oleh cahaya dan suara bintang yang berkilauan.

Para dewa merayakan kemenangan mereka. Mereka tahu usaha bersama mereka berhasil. Asteru merasa beban di hatinya menghilang. Dia telah melakukan tugasnya dengan baik sebagai penjaga Singgasana Kosmik.

Namun, dalam momen perayaan itu, Asteru menyadari satu hal. Bahwa bahkan dalam kemenangannya, dia tidak bisa lengah. Selama ada cahaya, akan selalu ada bayangan. Selama ada kegelapan, akan selalu ada perjuangan untuk melawan. Oleh karena itu, Asteru bertekad untuk tetap bersiap, menjadi mendengarkan suara angkasa dan menjaga keseimbangan alam semesta.

Di tengah keindahan istana, di bawah langit yang berkilau, Asteru berdiri tersenyum. Dia adalah penjaga di Singgasana Kosmik, dan dia tahu ini baru awal dari petualangan yang lebih besar di hadapan.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Sebuah ilustrasi megah dari Singgasana Kosmik, dengan desain arsitektur yang futuristik dan elemen yang terinspirasi dari bintang dan galaksi. Di depan singgasana berdiri Asteru, seorang makhluk dengan sayap bercahaya dan mata berkilau seperti bintang. Latar belakang menunjukkan langit berwarna ungu dan biru, dihiasi oleh bintang gemerlap dan kabut galaksi. Di atas langit, bagian kelam dari Nocturnus terlihat melayang, menunjukkan pertarungan antara cahaya dan kegelapan dalam keseimbangan kosmik.

**Judul: Penjaga di Singgasana Kosmik**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *